Novelpertamanya adalah novel Negeri 5 Menara yang merupakan buku pertama dari trilogi novelnya. Karya fiksinya dinilai dapat menumbuhkan semangat untuk berprestasi. Walaupun tergolong masih baru terbit, novelnya sudah masuk dalam jajaran best seller tahun 2009. Kemudian meraih Anugerah Pembaca Indonesia 2010 dan tahun yang sama juga masuk Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Judul Buku Negeri 5 MenaraPengarang Ahmad FuadiPenerbit PT Gramedia Pustaka UtamaTahun Terbit 2009Tebal Buku 423 halamanNegeri 5 Menara adalah salah satu novel karya dari Ahmad Fuadi yang diterbitkan oleh Gramedia pada tahun 2009. Novel ini telah diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama pada tahun 2012. Novel negeri 5 Menara ini mengisahkan tentang 5 orang sahabat yang bersama-sama mondok di sebuah pesantren. Ketika beranjak dewasa mereka pun bertemu kembali dengan keadaan yang sama seperti yang mereka bayangkan pada saat mereka menunggu adzan magrib di pesantren. Alif sebagai tokoh utama yaitu seorang anak yang lahir di Desa Buyur, Maninjum, Sumatera Barat. Ia adalah pemuda yang diharapkan bisa menjadi ahli agama ketika beranjak dewasa oleh kedua orangtuanya. Keinginan orangtuanya tentu saja memiliki tujuan baik, yaitu mereka ingin sekali anaknya menjadi orang yang bernama sehingga dihormati di desanya. Namun di sisi lain, Alif tak ingin dirinya hanya terus di kampungnya. Ia sangat ingin pergi merantau ke kota untuk menggapai cita-citanya. Banyak orang sukses diluar sana sehingga membuat ia termotivasi untuk merantau ke hal tersebut tidaklah mudah. Emak ibunya selalu bergeming kepada Alif bahwa menetap di desa dan menjadi seorang ahli agama merupakan keputusan terbaik saran dari pamannya yang sedang kuliah di Kairo, akhirnya Alif bisa merantau ke Pondok Madani, Gontor, Jawa Timur. Disana Alif berkenalan dengan Raja alias Adnin Amas, Atang alias Kuswandani, Baso alias Ikhlas Budiman, Said Alias Abdul Qodir, dan Dulmajid alias Monib. Kelima bocah tersebut memiliki kebiasaan unik memandang langit di bawah masjid ketika menunggu adzan maghrib. Dengan membayangkan awan yang berbentuk seperti Benua Amerika, Eropa, dan Afrika yang ingin mereka kunjungi setelah lulus nanti. Itulah mereka lakukan untuk menggambarkan mimpinya pesantren mental para santri diasah oleh para ustadz untuk menjadi orang yang pantang menyerah dan memiliki mental baja. Alif sangat terkesan dengan kalimat yang selalu ia ucapkan sebelum masuk kelas yaitu "man jadda wa jadda" yang berarti siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan dapat. Siapa yang mengira jika seorang anak dari desa kini berhasil melanjutkan pendidikan dan bekerja di Amerika Serikat. Oleh sebab itu, jangan takut untuk bermimpi setinggi-tingginya karena barang siapa yang bersungguh-sungguh dan bekerja keras, pasti keberhasilan akan datang kepada sangatlah menginspirasi untuk para pembacanya. Dari cerita tersebut, dapat kita sadari bahwa bahwa kesuksesan seseorang bukan dari latar belakang pribadi orang tersebut, melainkan usaha, kegigihan, dan kerja keras yang nantinya akan membuahkan keberhasilan. Setelah membaca novel Negeri 5 Menara ini, timbul rasa untuk lebih memperdalam ilmu, baik dari segi agama maupun umum. Dari sini saya menyimpulkan bahwa, apa yang kita fikirkan belum tentu akan baik di masa yang akan datang, karena Tuhan telah mengatur takdir kita. Di sisi lain, kerja keras dan ketekunan juga merupakan kunci utama kesuksesan. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya Readmore Contoh Format Khusus Laporan Buku Non Fiksi - Contoh Resensi Buku Fiksi Nonfiksi Dan Buku Pelajaran. Post a Comment Older Posts 30 juli sampai 5 agustus 2018. Negeri 5 menara tanggal baca Coe With Compensation Template : Free Job Interview PowerPoint Template - Free PowerPoint September 19, 2022 100 am . 5 min read Resensi Novel Negeri 5 Menara ini akan membantu kamu memahami isi sebenarnya dari novel ini. Terlebih dari itu, kamu bisa menentukan sikap apakah kamu akan membeli atau tidak. Dalam resensi novel Negeri 5 Menara ini kamu akan mengetahui identitas, sinopsis, intrinsik, ekstrinsik hingga pesan moral dan amanat yang terkandung di dalamnya secara lengkap. Resensi Novel Negeri 5 Menara Berikut ini adalah resensi novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi 1. Identitas Novel Negeri 5 Menara Judul Novel Negeri 5 MenaraPenulisAhmad FuadiPenerbitPT Gramedia Pustaka UtamaKategoriNovel PendidikanTahun Terbit2009 2. Sinopsis Novel Negeri 5 Menara Novel ini mengisahkan seorang remaja bernama Alif yang lahir di Maninjau dan tak pernah menginjak tanah di luar Minangkabau. Namun, suatu hari ia harus pergi ke pelosok Jawa Timur. Ibunya menginginkan ia menjadi Buya Hamka meski ia ingin menjadi Habiebie. Tak ayal Alif menuruti perintah ibunya untuk pergi ke pondok pesantren bernama Pondok Madani. Dipersatukan oleh hukum jewer berantai akhirnya Alif memiliki teman yaitu Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep. Atang dari Bandung, dan Baso dari Gowa. Di mata belia mereka awan-awan di bawah menara mesjid itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Lalu kemana jiwa impian muda mereka akan berlabuh? 3. Kelebihan Novel Negeri 5 Menara Berikut merupakan kelebihan dari novel Negeri 5 Menara , diantaranya adalah Novel ini sangat inspiratif karena dapat mendongkrak semangat anak muda dalam menimba ilmu dan mencapai segala cita-cita. Serta bersikap patuh terhadap orang kelebihan novel ini merubah pemikiran masyarakat bahwa di pesantren bukan hanya belajar ilmu agama saja. Melainkan ilmu-ilmu lainnya pun di pelajari seperti mempelajari bahasa inggris, kesenian, bahasa arab, dan juga ilmu pengetahuan kepada pembaca bahwa jangan pernah meremehkan sebuah impian. Milikilah impian atau cita-cita yang tinggi dan yakin lah dalam mewujudkannya serta diiringi do’a dan juga support tinggi dari orang tua. 4. Kekurangan Novel Negeri 5 Menara Sebagaimana novel-novel lainnya bahwa novel Negeri 5 Menara juga memiliki kekurangan yaitu di sayangkan dari novel ini yaitu kisah akhir para tokoh-tokohnya kurang jelas begitu pula nama-nama tokohnya. Dilihat dari kekurangannya ini tidaklah seberapa dibanding dengan kelebihan-kelebihan yang banyak dari novel ini. 5. Unsur Intrinsik Novel Negeri 5 Menara Berikut merupakan unsur intrinsik dari novel Negeri 5 Menara, diantaranya adalah Tema Tema dalam novel negeri 5 menara ini menceritakan tentang pendidikan dan sebuah kerja keras yang menghasilkan kesuksesan. Tokoh dan Penokohan Alif, memiliki sosok yang penurut, patuh, bertanggung jawab, cerdas dan baik adalah sosok ibu yang ramah, peduli terhadap peradaban islam di masa depan, serta adalah sosok yang peduli dan setia kepada anaknya. Serta orangnya sangat sosok yang mandiri, rajin belajar, setia Lubis, percaya diri, rajin membaca, mau berpikiran dewasa, namun kurang percaya orang yang agamis, peduli, dan sangat berbakti kepada orang orang yang selalu menepati janji, juga humoris. Alur Alur yang digunakan dalam novel Negeri 5 Menara ini menggunakan alur campuran yaitu adanya alur maju dan alur mundur. Latar Waktu Latar waktu yang terdapat dalam novel 5 menara adalah sore hari, pagi hari, malam hari dan dini hari. Latar Tempat Latar tempat yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara adalah Pondok Madani, Aula, Lapangan, Kamar, Menara, Kelas, Bandung Sudut Pandang Sudut pandang yang digunakan dalam novel Negeri 5 Menara ini yaitu menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama. Karena penggunaan kata ganti orang pertama yaitu ”Aku”. Gaya Bahasa Gaya bahasa yang digunakan dalam novel Negeri 5 Menara ini menggunakan bahasa yang sederhana dengan ditambahkan beberapa majas seperti hiperbola, personifikasi, dan juga asosiasi. Amanat Novel Negeri 5 Menara ini memberikan pesan moral pendidikan yang sangat dalam. Khususnya kita harus bersungguh-sungguh dan bekerja keras dalam meraih impian serta mencapai kesuksesan. Apabila kita bersungguh-sungguh pasti apapun akan tercapai. Namun, tidak lupa dengan meminta restu dari kedua orang tua dan seyogianya kita sebagai anak yang baik harus menghormati dan berbakti kepada orang tua kita. 6. Unsur Ekstrinsik Novel Negeri 5 Menara unsur ekstrinsik novel Negeri 5 Menara diantaranya adalah Nilai Sosial Nilai sosial yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara ini yaitu kebersamaan antara para santri dalam menghadapi kerasnya pendidikan di pesantren dan mengajarkan kepada mereka bahwa menuntut ilmu kita harus sabar dan pantang menyerah. Nilai Moral Nilai moral yang terkandung dalam novel ini yaitu tentang bagaimana patuh dan meneruti semua perintah baik dari orang tua yang seperti di lakukan Alif dan kawan-kawannya. Nilai Pendidikan Nilai pendidikan yang terkandung dalam novel ini yaitu tentang pentingnya pendidikan islam terhadap anak-anak. Dan pesantren merupakan salah satu tempat untuk belajar agama yang baik. Nilai Agama Novel ini menceritakan tentang kehidupan murid-murid di pesantren yang banyak mengajarkan tentang ilmu-ilmu keagamaan khususnya. Dan hal tersebutlah yang membedakan novel ini dari novel lainnya 7. Pesan Moral Novel Negeri 5 Menara Pesan moral yang terkandung dalam novel ini adalah tentang bagaimana firman Allah tentang “Manjadda wa Jadda” yang artinya bagi siapa saja yang bersungguh-sungguh niscaya akan tercapai. begitu pula dengan cita-cita dan harapan kita jika kita bersungguh-sungguh maka apa yang menjadi kehendak kita pasti akan terwujud. selain itu novel ini juga mengajarkan kita bagaimana bersikap terhadap orang tua. Sinopsisialah rangkuman ataupun resume yang memvisualkan isi dari sebuah film, buku, serta pertunjukan yang dilaksanakan baik secara visibel maupun secara resmue. Ikuti perjalanan hidup yang inspiratif ini langsung dari mata para pelakunya. Negeri Lima Menara adalah buku pertama dari sebuah trilogi. Demikian Penjelasan Materi Tentang 100% found this document useful 2 votes363 views16 pagesDescriptionBuku novel negeri 5 menaraCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsPDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 2 votes363 views16 pagesResensi Novel 5 Menara Jump to Page You are on page 1of 16 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 14 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.

Tugasindividu resensi buku “ negeri 5 menara “ diajukan untuk memenuhi mata kuliah menulis disusun oleh : Adapun penulisan resensi ini untuk menyelesaikan salah satu tugas bahasa indonesia. Source: www.slideshare.net. Quipperian, tidak cuma buku non fiksi yang bisa kamu jadikan resensi, buku fiksi pun bisa lho. Persahabat kelima anak muda

50% found this document useful 2 votes4K views8 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?50% found this document useful 2 votes4K views8 pagesResensi Novel Negeri 5 MenaraJump to Page You are on page 1of 8 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 7 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.

Judulbuku : Negeri 5 Menara. Pengarang : A. Fuadi. Penerbit : PT Gramedia Pusat Utama. Kota tempat terbit : Jakarta. Tahun terbit : 2009. Tebal : xiii + 423 halaman. B. SINOPSIS. Alif Fikri yang berasal dari Maninjau, Bukittinggi, adalah seorang anak desa yang sangat pintar. Ia dan teman baiknya, Randai, memiliki mimpi yang sama: masuk ke SMA
Negeri 5 Menara merupakan buku pertama dari novel trilogi karya A. Fuadi yang bercerita tentang kehidupan di Pondok Pesantren. Judul Negeri 5 Menara Pengarang A. Fuadi Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Halaman 345 Bermimpilah setinggi langit. Meskipun kita tidak pernah tahu bagaimana cara meraih mimpi tersebut. Karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dikemudian hari. Novel ini merupakan novel trilogi pertama dari Novel Negeri 5 Menara. Dengan tokoh utama Alif Fikri seorang anak dari pinggiran Danau Maninjau, Sumatera Barat yang baru lulus Madrasah Sanawiyah berkeinginan untuk melanjutkan sekolah ke SMA negeri. Karena dia bersama teman masa kecilnya Randai bercita-cita kuliah di ITB. Supaya kelak bisa seperti BJ Habibie yang bisa membuat pesawat terbang. Baca juga novel trilogi yang lain yaitu berjudul Rantau 1 Muara Sayangnya keinginan Alif tersebut tidak disetujui oleh emaknya yang berkeinginan supaya dia sekolah agama di pesantren. Emak Alif berpendapat kalau selama ini pesantren selalu identik dengan anak nakal dan anak miskin. Sehingga emaknya takut para pemimpin agama berasal dari kalangan yang tidak benar. Dengan kepintaran Alif, emaknya berkeinginan supaya dia bisa menjadi seorang ulama seperti Buya Hamka. Dengan terpaksa akhirnya Alif memilih pesantren di Jawa. Tepatnya di Pondok Madani, Gontor. Sebuah pesantren di kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Meskipun pada awalnya merasa terpaksa memasuki pesantren, namun lama kelamaan dia mulai kerasan. Apalagi setelah bertemu dengan teman- teman baru dari berbagai suku. Ada 6 anak yang selalu bersama dengan Alif dalam segala aktifitas di pesantren. Mereka adalah Baso seorang anak yatim piatu yang diasuh neneknya, berasal dari Sulawesi. Raja berasal dari Aceh. Dulmajid dari pulau Garam, Madura. Atang dari Bandung dan Said berasal dari Surabaya. Keenam anak tersebut hampir tiap hari berada di bawah menara Pondok pesantren. Tepatnya disamping masjid. Mereka menggunakan tempat itu untuk belajar dan berdiskusi tentang berbagai hal dalam kehidupan. Karena seringnya mereka berada di bawah menara, akhirnya mereka dijuluki sohibul menara atau yang mempunyai menara. Pada suatu waktu dari bawah menara mereka memperhatikan langit yang diwarnai berbagai bentuk awan. Menurut mereka awan-awan tersebut menggambar pola negara. Menurut Alif, awan tersebut seperti negara America. Atang mengatakan seperti Mesir. Raja mengatakan seperti bentuk negara Belanda. Sementara Said, Baso serta Dulmajid mengatakan seperti negara Indonesia. Saat ujian akhir sekitar 6 bulan lagi, Baso memutuskan mengundurkan diri dari pondok pesantren karena ingin mengasuh neneknya yang sedang sakit parah. Bagi Baso merawat neneknya jauh lebih penting karena hanya beliaulah keluarga yang tersisa bagi dia. Meskipun berat melepaskan Baso, tetapi kelima sahabat tersebut tetap semangat untuk menyelesaikan pendidikan di pondok. Dengan berbagai kesulitan yang dihadapi. Setelah beberapa tahun lulus dari pesantren, keinginan mereka ternyata tercapai yaitu Alif bisa belajar di Amerika. Raja kuliah sambil bekerja di Belanda. Begitu juga Atang bisa menginjakkan kaki di Mesir untuk bekerja dan belajar. Sementara Said dan Dulmajid bekerja sama mengembangkan pondok pesantren yang mereka dirikan. Sedangkan Baso meskipun tidak lulus pesantren dia mampu menjadi hafizh Alquran, sehingga memperoleh beasiswa penuh dari negara trilogi yang lain berjudul Ranah 3 Warna Dari novel ini kita bisa banyak mengerti tentang kehidupan di pondok pesantren. Bagaimana mereka belajar, melakukan kegiatan extra serta kegiatan lain yang sangat padat jadwalnya. Karena sebagian cerita merupakan pengalaman pribadi penulisnya yaitu A. Fuadi, yang pernah mendalami ilmu di Pondok Madina. Novel Negeri 5 Menara ini merupakan novel motivasi untuk semua kalangan. Terutama untuk anak remaja yang masih bingung mencari jati diri. Karena terkadang mereka takut bermimpi melihat keadaan mereka saat itu. Padahal dengan mimpilah kita bisa merubah keadaan yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Ranah3 warna adalah buku ke-2 dari trilogy Negeri 5 Menara. Ditulis oleh Ahmad Fuadi yang lahir di Bayur, kampung kecil di pinggir Danau Maninjau tahun 1972. Dia menyelesaikan pendidikannya di SD Manggopoh, SD Koto Baru, SDN 1 Padang Luar, MTsN Gantiang, Padang Panjang, Pondok Modern Gontor dan lulusan kuliah Hubungan Internasional, Ilustrasi Cover buku Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. istimewaNovel karya Ahmad Fuadi ini bercerita tentang lima orang sahabat yang mondok di pesantren, lalu saat dewasa mereka kembali ini merupakan kisah inspiratif dengan tokoh bernama Alif yang tinggal di daerah terpencil di Pulau Sumatera, tepatnya di Desa Maninajau, Minangkabau, Sumatera lulus SMP dia ingin melanjutkan sekolah ke SMA Bukittinggi, namun ibunya ingin dia melanjutkan sekolah agama saja. Ibunya ingin Alif seperti Buya Hamka, namun Alif bercita-cita seperti BJ tak ingin dirinya hanya terus di kampung. Ia sangat ingin merantau ke kota untuk menggapai cita-citanya. Banyak orang sukses di sana sehingga membuat ia termotivasi untuk merantau ke ketika ia mendapat surat dari pamannya yang sedang kuliah di Kairo. Pamannya menyarankan Alif untuk melanjutkan sekolah di Pondok Pesantren Madani di Ponorogo, Jawa Timur. Akhirnya Alif mengikuti saran pamannya dan dengan berat hati ibu dan ayahnya Cover buku Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. istimewaAlif berangakat ke Pondok Madani diantar oleh ayahnya. Dan di sinilah kisah Alif pertamanya di pondok dia terkesima dengan mantra ajaib berbahasa arab ”man jadda wa jadda,” barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan Pondok Madani Alif berkenalan dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso dari Alif dihabiskan dengan belajar, belajar, dan belajar. Mereka bukan hanya belajar Al-Quran dan kitab, tapi mereka juga belajar bahasa Arab dan bahasa Inggris, kesenian, pramuka, dan ilmu pengetahuan sore menjelang azan maghrib, Alif bersama lima temannya memiliki kebiasaan unik. Mereka berkumpul di bawah menara masjid sambil memandang ke awan. Dengan membayangkan awan itulah mereka menggambarkan Alif mengakui jika awan itu bentuknya seperti benua Amerika, yaitu negara yang ingin ia kunjungi kelak setelah lulus. Begitu juga dengan yang lainnya, menggambarkan awan itu seperti negara Arab Saudi, Mesir, dan Benua melalui lika-liku di pesantren, akhirnya usai lulus mereka dipertemukan lagi di London. Mereka bernostalgia dan telah membuktikan impian dan cita-cita yang dulu dilukis saat berdiri di bawah masjid bersekolah dan bekerja di Amerika, Atang sudah delapan tahun menuntut ilmu di Kairo, Baso kuliah di Arab Saudi, ia mendapat beasiswa penuh, Raja di London, Said dan Dulmajid bekerjasama mendirikan sebuah pondok di Negeri 5 Menara menara ini juga telah diangkat menjadi sebuah film dengan judul yang sama, diproduksi oleh Kompas Gramedia Production bersama Million Pictures, dan diputar serentak di bioskop seluruh Indonsia pada tanggal 1 Maret 2012Novel ini cocok dibaca oleh semua kalangan baik dari kalangan anak kecil maupun orang dewasa. Novel ini menggambarkan sebuah persahabatan sehingga dapat dijadikan contoh yang baik bagi para ini sangat inspiratif karena dapat mendongkrak semangat anak muda untuk menggapai cita-cita dan jangan pernah takut terhadap mimpi yakinlah bahwa Allah telah memberikan kesuksesan untuk hambanya yang mau berusaha. Ingat ”man adda wajadda’’Novel ini mampu mengubah tentang pola pikir masyarakat yang konservatif terhadap pesantren. Mereka menilai bahwa di pesantren hanya mempelajari ilmu agama saja, namun faktanya juga mempelajari bahasa Arab, bahasa Inggris, kesenian dan ilmu pengetahuan beberapa kata bahasa Arab yang tidak diterjemahkan sehingga mempersulit orang awam dalam memahami ini tidak memberikan gambaran tokoh lain-lainnya secara jelas di akhir cerita perjalanan buku Negeri 5 MenaraPenerbit Utama Gramedia Pustaka UtamaCetakan Cetakan ketigapuluh April 2021Deskripsi Fisik Tebal 423 halamanPenulis Resensi Qoniatul Qismah SPd Penulis resensi buku adalah guru penggerak Kampung Ilmu negeri5 menara Alif Fikri yang berasal dari Maninjau, Bukittinggi, adalah seorang anak desa yang sangat pintar. Ia dan teman baiknya, Randai, memiliki mimpi yang sama: masuk ke SMA dan melanjutkan studi di ITB, universitas bergengsi itu.

Identitas Buku Judul Buku Negeri 5 Menara Penulis Ahmad Fuadi Penerbit Gramedia Pustaka Utama Kota Terbit Jakarta ISBN 978-979-22-4861-6 Tebal Buku 423 halaman Sinopsis Novel karya Ahmad Fuadi ini bercerita tentang lima orang sahabat yang sekolah di pesantren, lalu saat dewasa mereka dipertemukan kembali. Novel ini merupakan kisah inspiratif dengan tokoh bernama Alif yang tinggal di daerah terpencil Sumatra, tepatnya di Desa Maninjau, Minangkabau, Sumatra Barat. Setelah lulus SMP, Alif ingin melanjutkan sekolah ke SMA Bukittinggi, namun ibunya ingin dia melanjutkan sekolah agama saja. Ibunya ingin Alif seperti Buya Hamka, namun Alif bercita-cita seperti BJ Habibie. Alif tidak ingin dirinya hanya terus di kampung. Ia sangat ingin merantau ke kota untuk menggapai cita-citanya. Banyak orang sukses di sana sehingga membuat ia termotivasi untuk merantau ke kota. Suatu ketika dia mendapat surat dari pamannya yang sedang kuliah di Kairo. Pamannya menyarankan kepada Alif untuk melanjutkan sekolah di Pondok Pesantren Madani di Ponorogo, Jawa Timur. Akhirnya Alif mengikuti saran dari pamannya dan dengan berat hati ibu dan ayahnya melepaskannya. Alif berangakat ke Pondok Madani diantar oleh ayahnya. Dan di sinilah kisah Alif dimulai. Hari pertamanya di pondok dia terkesima dengan mantra ajaib berbahasa Arab ”man jadda wa jadda,” barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Hari-hari Alif dihabiskan dengan belajar, belajar, dan belajar. Mereka tidak hanya belajar Al-Quran dan kitab, tapi mereka juga belajar bahasa Arab dan bahasa Inggris, kesenian, pramuka, dan ilmu pengetahuan lainnya. Setiap sore menjelang azan maghrib, Alif bersama lima temannya memiliki kebiasaan unik. Mereka berkumpul di bawah menara masjid sambil memandang ke awan. Dengan membayangkan awan itulah mereka menggambarkan impiannya. Seperti Alif mengakui jika awan itu bentuknya seperti benua Amerika, yaitu negara yang ingin ia kunjungi kelak setelah lulus. Begitu juga dengan yang lainnya, menggambarkan awan itu seperti negara Arab Saudi, Mesir, dan Benua Eropa. Setelah melewati lika-liku di pesantren, akhirnya setelah lulus mereka dipertemukan kembali di London. Mereka bernostalgia dan telah membuktikan impian dan cita-cita yang dulu dilukis saat berdiri di bawah masjid menara. Alif bersekolah dan bekerja di Amerika, Atang sudah delapan tahun menuntut ilmu di Kairo, Baso kuliah di Arab Saudi, ia mendapat beasiswa penuh, Raja di London, Said dan Dulmajid bekerjasama mendirikan sebuah pondok di Surabaya. Novel Negeri 5 Menara menara ini juga telah diangkat menjadi sebuah film dengan judul yang sama, diproduksi oleh Kompas Gramedia Production bersama Million Pictures, dan diputar secara serentak di bioskop seluruh Indonsia pada tanggal 1 Maret 2012. Kelebihan Novel ini cocok dibaca oleh semua kalangan baik dari kalangan anak kecil maupun orang dewasa. Novel ini menggambarkan sebuah persahabatan sehingga dapat dijadikan contoh yang baik bagi para pembaca. Novel ini sangat inspiratif karena dapat mendongkrak semangat anak muda untuk menggapai cita-cita dan jangan pernah takut terhadap mimpi yakinlah bahwa Allah telah memberikan kesuksesan untuk hambanya yang mau berusaha. Ingat ”man adda wajadda’’! Novel ini mampu mengubah tentang pola pikir masyarakat yang konservatif terhadap pesantren. Mereka menilai bahwa di pesantren hanya mempelajari ilmu agama saja, namun faktanya juga mempelajari bahasa Arab, bahasa Inggris, kesenian dan ilmu pengetahuan lainnya. Kekurangan Ada beberapa kosakata bahasa Arab yang tidak diterjemahkan sehingga mempersulit orang awam dalam memahami maknanya. Novel ini tidak memberikan gambaran tokoh lainnya secara jelas di akhir cerita perjalanan hidupnya, sehingga dapat mempersulit pembaca yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang kehidupan dari tokoh tersebut. Fikri Athillah Fauzani XI MIPA 1

By Unknown. Buku yang berjudul Hikayat Kalilah dan Dimnah merupakan kumpulan hikayat. Dalam buku ini memuat banyak sekali bab yang masing- masing memiliki tema yang berbeda .Terdapat 22 hikayat di dalam buku ini. Cerita ini berasal dari India, dan sekeluarga dengan cerita-cerita seperti Sukasaptati dan Pancatantra yang juga dikenal di Indonesia.
0% found this document useful 0 votes97 views7 pagesDescriptionResensi Novel Negeri 5 MenaraCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes97 views7 pagesResensi Novel Negeri 5 MenaraJump to Page You are on page 1of 7 You're Reading a Free Preview Pages 4 to 6 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.

ContohResensi Buku Ilmiah Pdf - Resensi Novel Negeri 5 Menara Kaidan Kebahasaan Unsur Instrik. Pentingnya mixed education dalam memajukan pendidikan di daerah perbatasan. Pentingnya mixed education dalam memajukan pendidikan di daerah perbatasan.

Identitas Buku Judul Buku 5 Negeri Menara Penulis A. Fuadi Editor – Penerbit Gramedia Pustaka Utama Cetakan – Jumlah Halaman 224 Jumlah Bab – Ukuran Buku x 20 cm Berat Buku kg Harga Rp. Tahun Terbit 2017 ISBN 9786027870864 Sinopsis Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya belajar di pondok. Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani PM, Alif terkesima dengan “mantera” sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dia terheran-heran mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, anak menggigau dalam bahasa Inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara. Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian jiwa muda ini membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar. Bagaimana perjalanan mereka ke ujung dunia ini dimulai? Siapa horor nomor satu mereka? Apa pengalaman mendebarkan di tengah malam buta di sebelah sungai tempat jin buang anak? Bagaimana sampai ada yang kasak-kusuk menjadi mata-mata misterius? Siapa Princess of Madani yang mereka kejar-kejar? Kenapa mereka harus botak berkilat-kilat? Bagaimana sampai Icuk Sugiarto, Arnold Schwarzenegger, Ibnu Rusyd, bahkan Maradona sampai akhirnya ikut campur? Ikuti perjalanan hidup yang inspiratif ini langsung dari mata para pelakunya. Negeri Lima Menara adalah buku pertama dari sebuah trilogi. Testimoni Lailaturrahmi Membaca buku ini untuk yang kedua kalinya meninggalkan kesan yang berbeda. Kekaguman saya kep ada penulis dan tokoh-tokoh dalam novel ini masih sama, tapi pemahaman saya terhadap berbagai komponen dalam cerita ini berbeda. Ada beberapa istilah yang dulu terlalu asing bagi wawasan saya yang sempit, tetapi alhamdulillah sekarang sudah bisa saya mengerti walaupun saya tidak berani mengklaim bahwa wawasan saya bertambah luas sejak buku ini saya baca pertama kali pada… 7 atau 8 tahun lalu? Man jadda wa jada, siapa yang bersungguh-sungguh maka akan sukses, kiranya menjadi pesan inti yang terma ktub dan mengaliri seluruh isi buku ini. Dan jangan lupa, keikhlasan dalam segala hal, termasuk dalam menuntut ilmu, adalah esensial dalam hidup ini. Harun Harahap Kalimat da ri bahasa arab ini berarti “Siapa yang bersungguh-sungguh, akan BERHASIL”. Kalimat ini dilang berkali-kali dalam buku ini hingga mendiami bagian relung di otak saya. Sehingga setelah saya menyelesaikan buku ini, energi positif langsung menjalari tubuh saya. Kisah persahabatan dengan sudut pandang pertama, Alif Fikri atau Ahm ad Fuadi, di sebuah pesantren modern Madania atau lebih dikenal dengan Gontor ditulis dengan bahasa yang apik, segar dan membuat saya enggan untuk berhenti menikmati setiap potongan-potongan kalimat yang ada. Di beberapa bab, khususnya tentang hubungan Alif dangan Amaknya dan Baso dengan Amaknya membuat hati saya bergetar. Kagum dengan sikap Amak Alif yang sangat idealis serta Takjub dengan apa yang Baso lakukan untuk neneknya. Novel Negeri 5 Menara ini membuat saya teringat masa kecil saya, dimana Ayah saya pernah bahkan sering selama bertahun-tahun membujuk saya untuk masuk ke Pesantren Gontor. Namun, ternyata Takdir menjadikan saya seorang PNS. Saya iri dengan kisah mereka. Saya iri dengan kesungguhan mereka dalam menuntut ilmu. Saya iri dengan Kepintaran mereka dalam berbahasa. Mudah-mudahan saya bisa menggantikan rasa iri saya menjadi sebuah motivasi untuk menjalankan hidup dengan lebih baik lagi. Saya sebenernya ingin memberikan 5 bintang, tapi saya masih bertanya-tanya kenapa judulnya Negeri5 Menara?? Mungkin buku kedua dan ketiganya bisa menjelaskannya dan bisa membuat saya menaikkan rating satu bintang lagi untuk buku ini. SALUTEEEEEE!!!! Irwan Sebuah tulisan yang tampak jelas dibuat untuk memotivasi remaja dalam menuntut ilmu, serta sederet nilai-nilai lainnya. Dikemas dalam konteks kehidupan pondok pesantren modern dengan sistem nilainya yang dirasa lengkap dan satu-satunya, termasuk cara memandang realita di dunia ini. Kalau ini adalah kisah nyata – hanya nama tokoh dan tempat yang disamarkan – maka saya akan mengerti struktur dan jalan cerita yang ditampilkan. Kalau ini adalah sebuah novel, saya duga bentuk memoar lah yang sengaja dipilih, entah dengan pertimbangan apa. Sayang sekali segala “kebebasan” atau kemungkinan eksplorasi yang disediakan penulisan kreatif creative writing bergenre novel tidak banyak digunakan. Pengalaman membacanya seperti seorang penyelam yang sudah siap dengan peralatan lengkap, namun kaki terikat rantai pendek ke kapal, sehingga dia hanya sanggup berenang-renang di permukaan. PS. Terima kasih kepada Roos yang telah berbaik hati mengirimiku buku ini. Aku terinspirasi dan belajar dari buku ini walaupun dengan cara yang tidak disangka-sangka 🙂 Nisah Haron Novel ini karya Ahmad Fuadi , penulis Minang yang sempat saya temui ketika berurusan dengan pihak PTS beberapa bulan yang lalu. Kebetulan ini telah menyebabkan saya berkesempatan mendengar sebahagian promosi buku Negeri 5 Menara N5M yang bakal diterjemahkan ke dalam Bahasa Melayu dan diterbitkan oleh PTS. Saya juga diminta memberikan testimoni untuk buku ini. Novel ini boleh dimasukkan di bawah novel Islami yang memfokus kepada isu pendidikan. Pastinya, apabila saya menyebut novel Islami, ada yang segera membandingkannya dengan Ayat-ayat Cinta. Apabila saya menyebut isu pendidikan, barangkali buku Laskar Pelangi juga akan segara sampai ke minda. Terpulanglah apa yang singgah di minda kalian, tetapi membaca N5M pastinya menawarkan pengalaman yang jauh berbeza apabila dibandingkan dengan kedua-dua novel tadi. Tiada kisah cinta mendayu-dayu merobek rasa seperti Ayat-ayat Cinta. Tiada kisah anak-anak kecil yang susah payah mahu menjejaki sekolah kerana masalah pendidikan umum di kawasan Pulau Belitung seperti yang digambarkan oleh Laskar Pelangi. N5M secara mudahnya kisah anak muda bernama Alif yang mahu melanjutkan pengajian di dalam bidang kejuruteraan tetapi terhalang apabila satu-satunya permintaan ibunya ibu Alif tidak banyak meminta, inilah satu sahaja permintaanya supaya mendalami bidang agama. Hujah ibunya mudah bidang agama memerlukan pelajar pintar seperti Alif. Jika semua remaja terbuang dan rendah mentaliti sahaja yang dibiarkan melanjutkan bidang agama, bagaimanakah agama itu boleh berkembang dan diuruskan oleh mereka yang bijaksana. Oleh sebab ini ialah permintaan seorang ibu, Alif tidak berani menolak walaupun hatinya meronta mahu menyertai bidang impiannya itu bersama-sama sahabatnya, Randai. Alif tidak dapat membayangkan bagaimanakah hidupnya nanti di Persantren Pondok Madani dan dia hanya dapat melihat bagaimana impiannya terbang pergi bersama-sama Randai. Ketibaannya di Persantren Pondok Madani disambut oleh pelbagai perasaan yang berbaur dan langsung tersihir dengan mantra “Man Jadda Wajada” – siapa yang sungguh-sungguh berusaha pasti berjaya. Novel ini melingkar di sebalik falsafah “Man Jadda Wajada” itu dan seterusnya menggambarkan banyak insiden menarik bagaimana pihak pengurusan Pondok Madani membimbing anak-anak didiknya dengan cara yang berhikmah, memberikan hukuman yang bukan berkesan pada fizikal tetapi pada hati. Setiap bab novel ini seperti membaca suatu episod. Setiap peristiwa diperinci di dalam setiap bab. Ini memudahkan pembacaan. Namun, bagi pembaca yang cepat hilang daya tarikan untuk membaca bab seterusnya, bahaya juga; kerana pembaca boleh jadi terhenti daripada meneruskan pembacaan. Namun, setiap kali memulakan bab yang baharu, kita akan mudah terikut dengan gaya penulisan Ahmad Fuadi. Bahasanya santai dengan tempo bahasa yang pantas. Saya yang membaca versi Indonesia ini, dapat mengikuti beberapa istilah Minang yang diberikan nota kaki, Bahasa Arab dan Bahasa Inggeris yang diberikan terjemahan terus pada ayat yang berikutnya. Lantas, pembacaan jadi kurang terganggu. Pembaca sudah dimaklumkan lebih awal bahawa bahasa utama di Pondok Madani ialah Bahasa Inggeris dan Bahasa Arab. Oleh itu, kita segera memahami bahawa perbualan mereka boleh sahaja berlangsung di dalam Bahasa Arab mahupun Inggeris, bukan di dalam Bahasa Melayu. Namun, inti dan maknanya yang diberikan oleh pengarang. Petunjuknya ialah sepatah dua bahasa Arab atau Inggeris yang diselitkan di dalam perbualan bagi memberikan makluman jenis bahasa yang sedang digunakan. Keseluruhan, saya berikan 4 bintang kerana N5M ialah novel yang sederhana lagi jujur sederhana bererti, not trying too hard, berlebih-lebihan yang sengaja; berjaya mengangkat institusi sekolah agama ke takah yang lebih tinggi. Saya percaya kisahnya semi-autobiografi. Fakta tentang Pondok Madani barangkali kisah yang sudah lama berlaku tetapi setakat ini tidak diangkat di dalam bentuk novel dan tidak pernah juga terdedah kepada pembaca di Malaysia, khususnya. Perbandingan barangkali dengan novel VT Hilal Asyraf tetapi saya belum selesai membaca VT, tidak adil untuk saya membandingkannya. Sangat disyorkan N5M kepada para guru, bakal guru, pelajar dan mereka yang terlibat di dalam bidang pendidikan. Belajarlah tentang keikhlasan mengajar dan keikhlasan belajar. Pasti menginsafkan! Clara One of the must read books of the year. Buku ini sangat inspiratif dan membangkitkan semangat juang kepada siapapun yang membacanya. Cara penlisan buku ini mengalir, jernih, dan lugas. Ciri khas tulisan wartawan yang berusaha memberikan gambaran apa adanya tentang suatu kejadian dimasa lampau. Saya adalah Non Muslim. Tapi saya sangat menikmati buku ini. Menurut saya Negeri 5 Menara membuka mata saya tentang islam dengan filosofi dibaliknya. Buku ini lintas agama,dan suku. Selama ini saya selalu berpikir bahwa pondok memberikan pelajaran agama saja- kuno, dan kaku. Tapi ternyata, dari buku ini saya mempelajari bahwa selain agama, para muridnya juga diberikan bekal pelajaran lain untuk memperkaya wawasan-nya. Buku ini juga menjelaskan bahwa di pondok, para Murid diajarkan untuk menerima talenta yang diberikan oleh Tuhan kepada mereka, karena tiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda. Jika kamu melakukan sesuatu dengan relatif mudah dengan hasil yang memuaskan, disitulah talenta kamu berada. Jadi bukan melulu semua orang harus jago ilmu pasti untuk berhasil dalam hidup kepercayaan yang masih dipenggang teguh oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Karakter-karakter dalam buku ini juga luar biasa, sangat hidup. Ketakutan-ketakutan Alif ketika berada di suatu komunitas yang berbeda, rasa sedih dan sepi jauh dari keluarga, ataupun rasa bahagia ketika Alif mendapat wesel dari keluarganya bisa dengan jelas kita rasakan. This book deserves a two thumbs up!! Highly recommended. Khususnya untuk mereka yang menyukai buku yang membangkitkan jiwa juang. Man Jadda Wajada!! Siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses!! NB Selama membaca buku ini, saya jadi sering makan masakan Padang…hahaha Syifa Luthfianingsih Inti hidup adalah kombinasi antara niat ikhlas, kerja keras, doa, dan tawakkal. Negeri 5 Menara merupakan salah satu bacaan paling berpengaruh bagi hidup saya. Cerita Alif Fikri selama mondok’ di Pondok Madani, yang diceritakan merupakan sebuah keterpaksaan yang kemudian berubah menjadi kesyukuran, memberikan saya banyak inspirasi. Buku inilah yang membuat saya ingin memiliki ukhuwah seperti Sahibul Menara, yang membangkitkan minat saya terhadap karya sastra seperti Menara 4 dan 5, yang membuat saya rajin menekuni kamus Inggris-Indonesia karangan J. Echols seperti Menara 2, yang membuat saya selalu memiliki prinsip saajtahidu fauqa mustawal akhar seperti Menara 1, yang membuat saya ingin menjadi seorang penghafal Alquran seperti Menara 6, dan yang membuat saya berani bermimpi untuk sekolah di luar negeri, meskipun saya hanya’ lulusan pesantren seperti Menara 2, 3, dan 4. 🙂 Terimakasih, bang Fuadi, you’re truly an inspiration! “Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.” Erry Satu kata “biasa saja” Setelah membaca buku ini, saya mendapat kesan yang biasa saja tentang buku ini. Maklum, mungkin sebelum membacanya saya cukup terpengaruh dengan pendapat dan review beberapa orang. Apalagi buku ini sempat dibahas di GRI. Jadi jujur saja, setelah membacanya, saya agak sedikit kecewa karena tidak sesuai dengan ekspektasi awal. Saya bilang biasa saja karena 1. Ide ceritanya standar. Tentang perjuangan hidup seseorang atau beberapa orang untuk meraih mimpi. Cerita model begini mulai booming pasca lascar pelanginya andrea hirata. Jadi tidak lagi terlalu orisinil. Walaupun dengan setting yang berbeda. Kisah LP menceritakan perjuangan Ikal dari kecil hingga ia meraih mimpinya kuliah di Paris. Dan N5M, menceritakan kehidupan di balik pondok. Tetapi kalau bicara soal perjuangan seseorang meraih mimpi, di buku ini tidak terlalu dijelaskan secara detail kenapa dan bagaimana tokoh Alif dan teman-temannya bisa meraih mimpinya seperti sekarang. Seperti ada sesuatu yang terpotong dan hilang. Jadi mulai masa di ponpes, lulus lantas “meloncat” begitu saja jadi orang sukses. Atau memang karena buku ini rencananya akan dibuat tetralogi? kabarnya sih begitu. Padahal, dari sebuah cerita tentang perjuanagn meraih mimpi yang paling penting adalah bagaimana perjuangannya. intinya, saya tdk bisa baca buku ini dgn semangat seperti saat saya baca LP. 2. Membaca tahapan-tahapan tingkat di PM dalam buku ini mengingatkan saya pada kisah Harry Potter dengan Hogwartsnya. Mulai dari masuk sekolah, ujian hingga pertandingan olahraganya. Bedanya di sini sepakbola dan di sana squiditch. Atau memang semua sekolah berasrama memiliki system seperti ini atau setidaknya mirip seperti ini? Entahlah, saya tidak tahu persis karena belum pernah tinggal di pondok ataupun sekolah berasrama. Tetapi saya merasakan cerita dalam buku ini biasa saja. Nothing new. 3. Judulnya negeri 5 menara. Maksudnya apa sih? Dari awal sampai akhir saya menebak-nebak negeri mana saja yang di maksud. Bukittinggi? USA? London? Kairo? Jakarta? Penggambaran yang kurang jelas. Lagi-lagi karena memang buku ini rencananya akan dibuat berseri? Jadi detailnya akan dimuat di buku lanjutannya? 4. Cerita terkesan terlalu panjang, hingga hampir membosankan. Banyak hal-hal yang tidak terlalu penting diceritakan panjang lebar. Tanpa tahu apa kaitan antara satu bagian cerita dengan bagian cerita yang lain. Untungnya, saya menggunakan cara speed reading saat membacanya. Jadi saya tidak sampai bosan dan tertidur mengikuti alur cerita. Tetapi sebaliknya, inti ceritanya kurang digali lebih dalam. Terlalu datar. Tidak ada konflik ataupun pasang surut. Kurang dalam. kurang bisa menarik emosi pembaca. Kalau diumpamakan dalam sebuah grafik, mungkin grafik alur cerita novel ini hanya akan berbentuk garis-garis kecil naik turun tanpa perubahan kenaikan atau drastic yang berarti. yang kalau diakumulasikan akan seperti garis datar. Tetapi walaupun begitu, harus saya akui sebenarnya banyak nilai moral yang bisa kita ambil dari kisah ini. tentang keikhlasan, keyakinan dan perjuangan. “Man Jadda Wa jadda”.Dan kita bisa tahu lebih banyak tentang kehidupan di balik dinding-dinding pondok pesantren. Tetapi secara umum, dari sudut pandang saya pribadi, buku ini biasa saja. Nothing new. Nothing special. Sebuah cerita, walaupun idenya sederhana, kalau dikemas dengan cerdas dan apik pasti akan jadi sangat menarik. Yang sayangnya tidak terlalu muncul di buku ini. Sekali lagi, ini hanya pandangan subyektif saya loch ^^ Roswitha Muntiyarso Sungguh membaca buku ini membuat pikiran saya kembali terbang ke masa2 MAN saya dahulu. Hidup di asrama dengan segala peraturan ketatnya yang sangat islami dan benar-benar DISIPLIN tak kalah dengan sekolah-sekolah militer. Sekolah saya, Insan Cendekia mengadopsi sistem pesantren dan menerapkan beberapa nilai yang juga dijabarkan di buku ini. Sungguh mengesankan mengingat betapa besarnya semangat juang para anak pesantren ini dalam menghadapi penggojlokan’ iman, jiwa dan raga dalam penjara suci’. Ketika iman diuji, kejujuran dipertanyakan dan juga kebersihan hati dinilai. Semua murid dengan keikhlasan tinggi berjuang untuk mendapatkan yang terbaik. Man jadda wa jada’ benar-benar menjadi motivasi yang terus menerus terpatri dalam hati. Dengan segala kenangan yang ada, sungguh air mata ikut menitik ketika membaca upacara pelepasan lulusan. Tidak ada ijazah. Menuntut ilmu adalah ikhlas tidak mengharapkan apapun. Yang tak kalah membuat saya kagum dari sistem pesantren yang dijabarkan dalam buku ini adalah prinsip keikhlasan yang dimiliki tiap civitas. Murid belajar dengan ikhlas untuk menuntut ilmu meski tanpa ijazah. Para guru dan kyai yang mengajar di sana tidak mengharapkan uang sepeser pun. Hanya pengabdian yang menggerakkan hati mereka untuk kembali ke sekolah tempat mereka belajar dahulu dan berbagi ilmu untuk diamalkan. Wallahu alam sungguh penerapan nafas-nafas Islam begitu terasa. Buku ini memberikan kita gambaran nyata tentang apa yang terjadi di balik tembok pesantren. Sistem yang dulu saya anggap hanya mengajarkan masalah agama saja mulai pudar. Pesantren mengajarkan santrinya untuk belajar lebih banyak dan MENGAMALKAN ilmunya. Berbasis pada keikhlasan, pesantren dapat memberikan pendidikan kepada masyarakat dengan biaya minim. Tanpa birokrasi dan dana yang entah lari kemana. Sungguh, sistem pesantren ini apabila dapat diterapkan secara luas, saya rasa kemajuan anak bangsa akan lebih baik. Pendidikan benar-benar ada karena guru yang ikhlas mengamalkan ilmunya. Murid takdzim pada gurunya dan benar-benar menuntut ilmu karena Allah. Sungguh apabila jiwa pesantren ini mengakar dalam bangsa Indonesia, tiada pernah lagi ada kata korupsi, birokrasi berkepanjangan dan juga keserakahan pribadi. Penutup bila kamu tertarik sehabis baca resensi ini bisa beli secara online dengan harga Rp. dengan klik tautan Negeri 5 Menara ini atau klik gambar dibawah
BookmarkFile PDF Ranah 3 Warna Negeri 5 Menara 2 Ahmad Fuadi Ranah 3 Warna Negeri 5 Menara 2 Ahmad Fuadi OFFICIAL TRAILER RANAH 3 WARNA | MULAI 30 JUNI 2022 DI BIOSKOP Ranah 3 Warna Full Exclusive Interview with Arbani Yasiz \u0026 David Chalik, Pemeran Alif Fikri di Film Ranah 3 Warna A FUADI PENULIS NOVEL RANAH 3 WARNA Resensi Buku Novel “Ranah
Sudah berulang kali membaca novel ini, bisa dikatakan sangat senang dengan isi dan hikmah yang terkandung dalam cerita novel ini, meskipun sudah diterbitkan sejak lama yanitu sekitar tahun 2009, namun isinya yang sangat menginspirasi, yang pada akhirnya ingin mengulas sedikit, berupa resensi novel “Negeri 5 Menara”. Sebagai novel yang merupakan kisah nyata dan kisah hidup dari penulis, yaitu A. Fuadi, yang mengisahkan kisah hidup menuntut ilmu di sebuah pondok, yang pada akhirnya mematikan stigma negatif tentang pondok, dan menjadikan pondok saat ini menjadi sebuah destinasi belajar favorit bagi menarik, sangat menantang dan yang terakhir adalah ada rasa terharu saat memabca novel ini, rasa yang campur aduk, seperti mengajak pembaca untuk menikmati kisah yang ada dalam novel ini. Tidak hanya itu, pembaca serasa diajak masuk dan membayangkan kisah yang terjadi dalam dunia pondok, yaitu PM Madani Gontor. Novel ini memang luar biasa yang terinspirasi dari pengalaman penulis saat menikmati pendidikan di Pondok Modern Gontor. Selain itu, semua tokoh utama merupakan sosok terinspirasi dan sosok asli, dan tokoh lainnya adalah gabungan dari beberapa karakter yang sengaja diciptakan oleh BukuJudul Negeri 5 MenaraPenulis A. PT. Gramedia Pustaka terbit Cetakan pertama JUli 2009, Cetakan keenam April buku 423 halamnISBN 978-979-22-4861-6Resensi Buku “Negeri 5 Menara”Sebagai buku yang sangat menginspirasi, buku ini harus Anda baca. Bagaimana tidak, begitu banyak kata-kata positif yang memotivasi, bahkan pada bagian awal sebelum masuk Bab 1 saja, sudah disampaikan kata mutiara dari ulama terkenal yang diajarkan kepada siswa pada tahun keempat di Pondok Modern Gontor, sebagai berikutOrang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung negeirmu dan merantaulah ke negeri orangMerantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawanBerlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah melihat air menjadi rusak karena diam tertahanJIka mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsaAnak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diamTentu manusia bosan padanya dan enggan memandangBijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambangKayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan. - Imam Syafi’i -Itu baru kalimat pembuka, yang memiliki makna mendalam yang memberikan semangat bagi para pembaca novel ini untuk terus membaca. Kisah hidup Alif ini diawali dengan kisah flashback, yang menceritakan bagaimana seumur hiduypnya Alif yang tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau dan masa kecilnya dilalui dengan berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah dan mandi di air biru di Danau Maninjau. Yang tiba-tiba karena harapan seorang Amak yang memiliki impian besar, mengharuskan Alif harus melintasi punggung Sumatera menuju sebuah desa pelosok di Jawa Timur. Amak yang merupakan ibunya menginginkan Alif menjadi seorang Buya Hamka, meskipun sebenarnya Alif ingin menjadi seorang Habibie. Dengan setengah hati Alif mengikuti perintah Anak untuk belajar di “Negeri 5 Menara”Di hari pertama di PM Pondok Madani, Alif sangat terkesima dengan mantera sakti “Man jadda wajada”, yang berarti “Siapa yang bersungguh sungguh pasti sukses”. Bahkan yang menarik dan terkadang bisa membuat tertawa sendiri saat membaca novel ini adalah bagaimana seorang Alif Fikri bersama temann-temannya yang meruakan Shohibul Menara yang kemudian dipersatukan dengan hukuman jewer berantai, yang membuat Alif berteman dengan kawan-kawan dari penjuru Indonesia, Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid, yang menjadikan mereka sebagai shohibul menara menjadikan tempat itu sebagai tempat untuk memimpikan tujuan dan harapan setelah menyelesaikan pendidikan di PM Madani. Bagi Alif Fikri dan kawan-kawan, mimpi dan impian adalah sesuatu yang tidak boleh diremehkan, walau setinggi apa pun, Tuhan sungguh Maha juga Resensi Novel “Ayat-ayat Cinta”.Begitu banyak kisah menarik dan menantang yang bisa Anda baca dan dipahami, makna tersirat yang ada dalam novel “Negeri 5 Menara” ini. Buku ini merupakan buku pertama dari sebuah trilogi yang ditulis oleh A. Fuadi, mantan wartawan TEMPO & VOA, yang juga sangat menyukai fotografi dan pernah menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO Konservasi. A. Fuadi adalah alumni Pondok Modern Gontor, HI Unpad, George Washington University dan juga Royal Holloway, University of Novel “Negeri 5 Menara”Secara umum, novel ini memberikan sebuah kisah perjalanan yang sangat menarik, bahkan dari beberapa pengalaman pembaca novel ini juga memberikan catatan positif yang diksinya sekelas dengan ramuan kata-kata Andrea Hirata, dengan deskripsi yang sebening dengan novel Ayat-ayat hanya itu, novel ini juga seperti memaksa pembaca untuk merekatkan kembali sebuah impian, mulai dari keinginan untuk menghafal Al-Quran sampai impian untuk belajar ke luar tentang pondok sebagai tempat pendidikan, Novel Negeri 5 Menara ini sangat menunjukkan bahwa pondok saat ini berbeda dengan pondok yang dulu. Hal ini bisa terlihat pada halaman 20 yang mendeksripsikan gambaran pondok dalam protes yang disampaikan Amak, bahwa banyak orang melihat bahwa pondok adalah buat anak yang cacat produksi, baik karena tidak mampu menembus sekolah umum yang baik, atau karena salah gaul dan salah urus. Sehingga pondok hanya dijadikan bengkel untuk memperbaiki yang rusak, bukan dijadikan sebagai tempat untuk menyemai bibit “Negeri 5 Menara”Selain kisahnya yang sangat menarik, berbagai kata-kata didalamnya seolah memotivasi bagi siapa saja yang ingin sukses, yaituKompas kehidupan yaitu “Man Jadda Wajada”, yang berarti “Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil”.“Man shabara zhafira” yang berarti “Siapa yang bersabar akan beruntung”. Jangan risaukan penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang akan terjadi di depan. Karena yang dituju bukan sekarang, namun ada yang lebih besar dan prinsipil, yaitu menjadi manusia yang telah menemukan misinya dalam hidup.“Man thalabal ula sahiral layli”, yang bermakna “Siapa yang ingin mendapatkan kemuliaan, maka bekerjalah sampai jauh malam”.Baca juga Resensi Antologi Cerpen “Taman Hujan”.Terdapat dua hal penting dalam mempersiapkan diri untuk sukses, yaitu going the extra miles. Tidak menyerah dengan rata-rata. Lebihkan usaha, waktu, upaya, tekad dan sebagainya dari pada orang lain. Yang kedua, yaitu tidak pernah mengizinkan diri ini dipengaruhi oleh unsur di luar diri. Oleh siapa pun dan suasana bagaimana pun. Artinya jangan mau sedih, marah, kecewa dan takut karena ada faktor di luar, kita yang berkuasa terhadap diri kita sendiri, jangan serahkan kekuasaan kepada orang lain. Orang boleh menodong senapan, tapi kita punya pilihan, untuk takut atau tetap terakhir sebagai catatan positif adalah Petuah Kiai Rais yang bisa memberikan semangat kepada siapa saja untuk sukses, yaitu “Jangan puas jadi pegawai, tapi jadilah orang yang punya pegawai”.Kekurangan Novel “Negeri 5 Menara”Berbicara tentang kekurangan sebuah karya, tentunya pasti ada. Namun dari berbagai novel yang pernah Saya baca, meskipun ada kekurangan, namon novel karya A, Fuadi ini hampir tidak ada celah, mulai dari diksi deskripsi atau bahkan tulisan semuanya sempurna. Oleh karena itu, saya mengacungkan jempol untuk A. Fuadi, meskipun novel ini sudah diterbitkan sangat lama, namun masih enak dan layak untuk dijadikan sebagai sumber informasi dan cerita menarikItu dia sedikit resensi novel “Negeri 5 Menara” karya A. Fuadi, semoga bermanfaat dan menginspirasi kita semua.
Dapatdikatakan bahwa resensi adalah mengulas kembali sebuah karya menurut sudut pandang diri sendiri selaku pihak yang menikmati. Jenis-Jenis Resensi. Unsur-Unsur Resensi. Tahap Penulisan Resensi. Tips Menulis Resensi. Tujuan Resensi. Contoh Resensi Buku Non Fiksi #1. Contoh Resensi Buku Non Fiksi #2. Contoh Resensi Buku Non Fiksi #3. Deskripsi Sinopsis dan resensi Novel Negeri 5 Menara. Identitas Buku Judul Buku Negeri 5 Menara Penulis Buku Ahmad Fuadi Penerbit Buku Gramedia Pustaka Utama Kota Terbit Jakarta Cetakan ke 3 Tebal Buku 339 halaman ISBN 9789792248616 Sinopsis Novel Negeri 5 Menara Resensi novel Negeri 5 Menara ini terinspirasi dari kisah nyata yang menceritakan tentang anak-anak pondok Pesantren Madani, Gontor di Jawa Timur. Anak-anak ini memiliki sebuah mimpi besar dan segudang pengalaman mengesankan. Petualangan mereka berawal dari perkenalan di depan kelas, mereka bernama Alif, Atang, Raja Lubis, Said Jufri, Baso Salahuddin, Dulmaji, dan Teuku. Pada novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama. Maksudnya yakni novel ini lebih banyak menceritakan tentang kehidupan Alif sebagai tokoh utama. Dia memiliki dua adik perempuan yang masih kecil. Dimulai dari penggambaran lokasi tokoh Alif di Washington DC tahun 2003 saat musim salju. Dia bekerja sebagai wartawan yang meliput kejadian setiap Negara. Dengan alur mundur, tokoh utama menceritakan masa kecilnya ketika masih SMP yang mendapatkan nilai tertinggi se-kabupaten di Bukittinggi. Karena mendapatkan nilai terbaik, Alif bercita-cita masuk SMA negeri yang berbasis umum. Ia ingin menjadi akademisi yang hebat. Namun tentangan dari kedua orang tuanya membuat kecewa. Karena keinginan orang tua yang menginginkan Alif mendalami agama maka didaftarkanlah ke Pesantren Madani, Ponorogo Jawa Timur. Dalam sesi perkenalan di dalam kelas, Alif akhirnya memiliki sahabat dari berbagai latar belakang yang mengagumkan. Karena peraturan pesantren yang mengharuskan menggunakan bahasa Inggris dan Arab setiap harinya, mereka bisa fasih berbahasa. Suatu ketika mereka berenam mendapatkan julukan 5 menara, karena sering belajar di bawah menara area pesantren. Saking seringnya, tempat itu menjadi rumah baru untuk berbagai kegiatan diskusi atau sekadar berkumpul. Jargon yang sering memberikan semangat, yakni “Man Jadda Wa Jadda”. Dimana artinya yakni barang siapa yang bersungguh –sungguh, pasti akan sukses. Sebenarnya novel ini lebih banyak menceritakan kehidupan pesantren yang sangat ketat, hingga membuat masing-masing tokoh mengalami konflik batin atau tekanan. Beberapa kesalahan dan tidak disiplin, membuat mereka sering mendapatkan hukuman dari assatidz guru yang bertugas. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat para santri yang belajar dengan tekun sekaligus menaklukkan setiap tantangan. Sejak kecil, Alif yang sering mengasah kemampuan menulis dan senang memotret, mendapatkan kesempatan menjadi wartawan di luar negeri. Alif juga menjadi seorang public speaking handal. Apalagi pesantrennya memberikan fasilitas pada semua santri yang memiliki bakat dan minat pada suatu bidang. Di bawah pengasuhan Kiai Rais seorang penghapal Qur’an dan hadist, pemain sepak bola, pengajar tafsir, dan lulusan MA di Madina University, Pesantren Madina mencetak generasi para santri yang hebat. Kelima sahabatnya menjadi orang bermanfaat bagi umat manusia. Unsur Intrinsik Novel Negeri 5 Menara Anda tentu ingin mengetahui karakter dari setiap tokoh di resensi novel Negeri 5 Menara secara detail, bukan? Setiap informasi dalam suatu karya sastra memberikan pesan yang mendalam. Berikut kami sajikan unsur instrinsik spesial untuk Anda Tema Novel Negeri 5 Menara mempunyai tema utama pendidikan dunia pesantren yang begitu ketat, religi, persahabatan, dan percintaan. Lokasinya cukup terpencil dari keramaian, hingga pesantren tersebut tidak mendapatkan aliran listrik. Secara tidak langsung, novel ini memberikan pengajaran tentang kesederhanaan menjalani hidup. Penokohan Berikut adalah penjelasan penokohan dalam Novel Negeri 5 Menara 1. Alif Fikri Alif adalah salah satu santri dari Bukittinggi yang belajar agama di Pondok Madani yang memiliki beberapa sahabat. Memiliki sifat yang pandai, penurut, dan keras kepala atas setiap keinginannya. 2. Amak Amak adalah panggilan untuk ibu Alif yang memiliki perawakan kurus dan mungil. Sikapnya ramah, 3. Ayah Ayah adalah orang tua Alif yang memiliki perawakan kecil, tegas, tenang, penyayang, dan seorang guru madrasah. 4. Atang Atang adalah sahabat Alif di pondok, memiliki perawakan serius, kurus, tinggi, dan berkacamata. 5. Raja Lubis Raja termasuk sahabat Alif yang penuh percaya diri, hobi membaca kamus bahasa, 6. Said Jufri Said termasuk sahabat Alif yang berasal dari Surabaya, memiliki perawakan gemuk, hitam, keturunan saudagar Arab yang turun di Ampel, tegas, mantan anak nakal dan berwajah boros. 7. Baso Salahuddin Baso juga sahabat Alif yang merupakan ketua kelas karena tampak lebih dewasa. 8. Dulmaji Dulmaji juga sama sahabat Alif yang berasal dari Madura, memiliki perawakan cukup tegas, jujur, paling keras, dan setia kawan. 9. Teuku Teuku memiliki sifat tergesa-gesa, dan suaranya lantang. Kesimpulan Tentu saja Anda tidak akan lama mempertimbangkan untuk membaca novel novel Negeri 5 Menara, bukan? Mengingat, gambaran di atas cukup mewakili pesan apa yang ingin disampaikan penulis. Misalnya saja kehidupan pesantren yang penuh tantangan, beban, dan disiplin yang tinggi, hingga akhirnya berbuah manis. Seperti kata pepatah, siapa yang bersungguh-sungguh, akan diberikan kemudahan baginya mencapai apa yang diinginkan. Bagaimana, resensi Novel Negeri 5 Menara di atas cukup membakar semangat Anda untuk menonton filmnya atau membaca novel tersebut? Selamat menikmati karya inspiratif yang satu ini, ya? Xoxrotf.
  • j7mo5hwpgu.pages.dev/166
  • j7mo5hwpgu.pages.dev/595
  • j7mo5hwpgu.pages.dev/845
  • j7mo5hwpgu.pages.dev/171
  • j7mo5hwpgu.pages.dev/519
  • j7mo5hwpgu.pages.dev/695
  • j7mo5hwpgu.pages.dev/187
  • j7mo5hwpgu.pages.dev/591
  • resensi buku negeri 5 menara